ajar ndhalang

0 komentar


H: waduh,waduh hee, patih Sengkuni
S: weih enek kethek bisa ngomong, kw sopo?
H: Aku Senggono yo Anoman
S: Kw arep opo, koq malangkadak?
H: Banget2 lehmu ngino karo aku, tak akoni aku rewanda , aku pragasa. Ning drajatku emoh kalah karo jenenge Sengkuni. Nadyan pethuk lagi saiki, aku wis kulina maca sejarahmu. Olehmu ngewak2ke.
S: Nesu ki arep ngopo, mung munyuk ae arep nesu.
H: Sengkuni
S: Opo
H: Anoman duwe sayembara, kw bisa mboyong ki lurah Semar asal wis bisa nglangkahi bangkene Anoman
S: Kartamarma, laraken metu. . .

pendowo gangsal

0 komentar

Add caption


Semar Mbangun Kahyangan

0 komentar



Ini adalah salah satu lakon legendaris dalam pewayangan. Meski hanya lakon carangan, Semar Mbangun Kahyangan hampir pasti pernah dimainkan oleh seluruh dalang. Diluar kisahnya yang penuh edukasi moral, menjadikan sosok punakawan sebagai sentral pertunjukan adalah daya tarik tersendiri bagi dalang maupun penikmat wayang. Pesan dari lakon ini adalah bahwa Semar sebagai simbol rakyat, menghendaki para pemimpin untuk membangun jiwa. Pada lakon ini pula terlihat bahwa terkadang penguasa salah menafsirkan kehendak rakyat, memperlakukan rakyat sebagai objek yang bodoh, penguasa cenderung bertangan besi dan mau menang sendiri. Pada Semar Mbangun Kahyangan ini terlihat pada akhirnya penguasa yang lalim akan terkoreksi oleh rakyat jelata.Semar adalah dewa yang mengejawantah. Semar adalah rakyat jelata yang mengabdi sebagai pengasuh para raja penegak kebenaran. Ia hanyalah orang kampung, terbalut dalam busana sederhana yang melayani umat tanpa pamrih namun penuh kesungguhan. Kuncung putihnya menyiratkan makna bahwa isi kepala Semar adalah fikiran yang suci, positif, penuh hikmah kebenaran. Dalam kehidupan spiritual Jawa, Semar tak sekadar fakta historis, namun juga mitologi dan simbolisme tentang keEsa-an. Realita ini tidak lain hanyalah bukti bahwa masyarakat Jawa sejak zaman lampau adalah masyarakat yang Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.Lakon ini dibuka dengan niat Semar membangun jiwa para Pandawa. Kahyangan yang dimaksud Semar adalah jiwa, rasa dan ruhani keluarga Pandawa. Oleh karenanya Semar mendaulat Petruk untuk mengundang hadirnya Yudhistira dan para saudaranya ke Karang Kabulutan, tempat tinggal Semar. Sebagai tokoh senior sekaligus penasihat agung keluarga Pandawa, sangat masuk akal jika Semar bermaksud membangun ruhani para majikannya. Terlebih undangan itu disertai permintaan untuk membawa tiga pusaka: Jamus Kalimasada, Tumbak Kalawelang dan Payung Tunggulnaga.Simbolisme tiga pusaka tersebut cukup menjelaskan niat baik Semar. Kalimasada banyak dimaknakan sebagai kalimat syahadat. Dengan pusaka syahadat inilah Semar bermaksud membangun ruhani. Tumbak Kalawelang adalah simbol ketajaman yang dengan personifikasi tersebut Semar bermaksud membangun ketajaman hati, ketajaman visi dan indera para Pandawa. Sedangkan Payung Tunggulnaga adalah ungkapan bahwa Pandawa sebagai pemimpin harus memiliki karakter mengayomi sebagaimana fungsi payung.Lakon ini membeberkan fakta bahwa penguasa terkadang salah menafsirkan kehendak rakyat. Dan itulah yang terjadi pada diri Kresna ketika Petruk mengutarakan maksud Semar. Kresna menganggap rencana Semar sebagai makar, bertentangan dengan kehendak dewata. Setali tiga uang, Yudhistira yang peragu mengiyakan saja pendapat Kresna. Tak cukup dengan kata-kata kasar yang menciderai hati, Kresna memerintahkan para satria untuk mencelakakan Petruk sekaligus menyerang Semar di Karang Kabulutan. Celakanya, ketika Kresna melaporkan secara sepihak kepada Bathara Guru, pimpinan para dewa itu pun terprovokasi dan bersekutu untuk sama-sama menyerang Semar.Bukan Semar namanya jika mundur hanya karena ancaman. Merasa punya niat mulia dan meyakini kebenaran suara hatinya, Semar bersama prajuritnya: Petruk, Bagong dan Gareng memberi perlawanan kepada pasukan Pandawa yang didukung Kresna dan Bathara Guru. Disinilah kebenaran bertarung melawan kelaliman. Semar yang jelata, berhasil mengalahkan penguasa pongah yang merasa benar sendiri. Ending yang memukau. Secara tegas kisah Semar membawa pesan bagi penguasa untuk responsif mendengar suara rakyat, untuk bijaksana tak hanya mau menang sendiri, dan tidak semena-mena dalam menegakkan keadilan. Sekaligus pesan bagi rakyat untuk berani menyuarakan kebenaran dan gigih dalam mempertahankan kebenaran itu.

KISAH SEMAR SELALU RELEVAN PADA SETIAP KONDISI. KEKUASAAN SELALU MEMABUKKAN, MENJADIKAN PENGUASA LALAI PADA AMANAT DAN LUPA KEPADA RAKYAT. PESAN SEMAR ADALAH SUARA RAKYAT, YANG KENDATI LIRIH, TERKADANG MEMUAT NIAT KEBAIKAN DAN KEBENARAN. HARI INI, KETIKA PENGUASA MENELANTARKAN RAKYAT DENGAN ASYIK BERKORUPSI, MENGABAIKAN KEADILAN, MEMPERKAYA DIRI DAN MENGHAMBURKAN DUIT RAKYAT UNTUK KESENANGAN PRIBADI, KITA MERASA BAHWA INILAH SAAT YANG TEPAT UNTUK MENGHADIRKAN SEMAR DI TENGAH-TENGAH KITA.